Rabu, 13 Januari 2010

Avatar 3D Picu Penonton Depresi & Bunuh Diri

Keajaiban dunia Avatar yang dihadirkan dalam format 3D (tiga dimensi) rupanya benar-benar membuai penonton hingga banyak dari mereka yang kehilangan akal sehat.Tidak sedikit dari penonton yang lupa kalau Planet Pandora yang menjadi latar setting Avatar hanyalah dunia rekaan sutradara James Cameron.

Hanya beberapa pekan setelah Avatar diputar awal Desember silam, ribuan penonton mengaku depresi karena tidak bisa tinggal di Planet Pandora yang elok dan penuh keajaiban. Yang menyeramkan, beberapa dari mereka berniat bunuh diri karena terlalu depresi dan mendapati dunia nyata tidak seindah Pandora. Dalam dunia rekaan Cameron, Planet Pandora digambarkan sangat indah dengan binatang berbagai rupa berada di sana.

Tidak seperti tumbuhan di Bumi, tumbuhan di Planet Pandora mengeluarkan cahaya sehingga tidak dibutuhkan lampu atau api sebagai penerang di malam hari. Suku Na’vi yang mendiami Pandora juga hidup dalam ikatan persaudaraan yang sangat kuat. Bagi banyak penonton, keindahan Planet Pandora seperti dunia khayalan yang menjelma menjadi kenyataan lewat layar 3D.

Banyaknya penonton yang depresi ini bisa dilihat dari ribuan posting di berbagai forum internet. “Saya mengerti dengan perasaan depresi penonton karena saya pun mengalaminya. Berdiskusi atau sekadar ngobrol dengan penonton yang mengalami persoalan serupa sangat membantu,” tulis seorang pengguna internet.

Berdasarkan catatan CNN, sebuah situs penggemar film Avatar di Amerika Utara menerima 1.000 posting terkait depresi penonton. Mereka mencoba berbagi depresi hingga berbagi tip untuk menjauhkan mereka dari “kegilaan”. Salah satu tip berjudul “Cara-Cara Mengatasi Depresi karena Memimpikan Pandora yang Tidak Bisa Dijelaskan.”

“Saat saya bangun di pagi hari setelah menonton Avatar, dunia menjadi abu-abu. Dunia ini seperti tidak berarti lagi.Saya tidak memiliki alasan untuk tinggal di sini, saya tinggal di dunia yang tengah mati,” tulis seseorang di situs tersebut. Penulis lain yang memakai nama ‘Okoi’ bercerita bagaimana dia harus bersusah payah menghilangkan kesedihan karena terlalu terbuai dengan Pandora.

Ahli jiwa dari Louis Armstrong Centre, New York, Dr Stephan Quentzel mengaku prihatin dengan fenomena depresi penonton Avatar. Dia mengingatkan bahwa Avatar hanyalah film.
“Dunia virtual bukanlah kehidupan nyata dan tidak akan menjadi nyata. Kecanggihan teknologi menciptakan dunia virtual seperti kenyataan dan membuat dunia nyata sangat tidak sempurna,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut